SuaraParlemen.co, Takengon – Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Tengah, Susilawati, S.Pd., menerima kedatangan produser film Black Coffee di rumah dinasnya pada Rabu, 18 Juni 2025. Kunjungan tersebut menandai dimulainya proses persiapan produksi film yang akan sepenuhnya mengambil lokasi syuting di wilayah Takengon, Aceh Tengah.

“Kami menyambut kedatangan produser film Black Coffee yang akan melakukan proses syuting secara penuh di Takengon,” ujar Susilawati kepada SuaraParlemen.co usai pertemuan.

Film Black Coffee mengangkat kisah inspiratif tentang kehidupan sepasang suami istri tunanetra yang hidup mandiri dan tidak bergantung pada belas kasihan orang lain. Kisah ini ditulis untuk memberikan apresiasi terhadap semangat dan daya juang penyandang disabilitas, sekaligus menonjolkan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Gayo.

Yang membuat film ini semakin menarik adalah kehadiran tiga aktor dan aktris ternama Indonesia: Reza Rahadian akan memerankan tokoh Onot, Ine Febriyanti sebagai Rebiah, dan Asmara Abigail sebagai Rosna. Uniknya, film ini akan menggunakan sekitar 80 persen dialog dalam Bahasa Gayo.

“Film ini akan tayang di bioskop dan mayoritas menggunakan Bahasa Gayo. Ini juga menjadi sarana promosi budaya lokal,” jelas Susilawati.

Lebih dari sekadar hiburan, film Black Coffee dipandang sebagai alat promosi yang strategis untuk memperkenalkan keindahan alam, kekayaan budaya, serta karakter masyarakat Gayo ke pentas nasional maupun internasional.

“Semoga kehadiran film ini berdampak positif untuk Aceh Tengah. Dunia akan mengenal Gayo bukan hanya karena kopinya, tapi juga karena alamnya yang indah dan masyarakatnya yang ramah,” ucap Susilawati penuh harap.

Tantangan utama yang dihadapi dalam produksi ini adalah penguasaan Bahasa Gayo oleh para pemeran utama. Susilawati menyebut bahwa para aktor dan aktris hanya memiliki waktu terbatas untuk mempelajarinya.

Baca juga :  Aceh Siap-siap Jelang Pelantikan Kepala Daerah Terpilih Hasil Pilkada 2024

“Dalam waktu 23 hari, Reza, Ine, dan Asmara harus bisa bicara dalam Bahasa Gayo,” katanya sambil tersenyum.

Film ini diproduseri oleh Ina Marapati dan disutradarai oleh Yeremias Nyangoen. Kedatangan tim produksi ke Takengon menjadi langkah awal dari berbagai persiapan, termasuk survei lokasi, koordinasi dengan pemerintah daerah, dan pelibatan warga lokal dalam berbagai aspek produksi film.

Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah melalui DPRK menyatakan dukungan penuh terhadap produksi Black Coffee. Selain menjadi promosi pariwisata dan budaya, film ini diharapkan turut mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif lokal serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya Gayo.

Dengan latar belakang alam Takengon yang memukau, cerita yang menyentuh hati, dan kekayaan budaya lokal, Black Coffee diharapkan menjadi salah satu karya film nasional yang membanggakan, serta memperkuat identitas Aceh Tengah di mata dunia. (Kjp)