SuaraParlemen.co, Tanggerang Selatan – Meski air telah surut dari beberapa titik yang tergenang banjir di Wilayah Kecamatan Pondok Aren, khususnya di Perumahan Pondok Safari Indah, Jurang Mangu Barat, sisa-sisa banjir yang melanda sejak Ahad (6/4) sore masih terasa nyata. Bau lumpur yang menyengat dan jejak-jejak banjir tampak jelas di hampir setiap sudut rumah warga, menandakan dampak besar yang ditinggalkan bencana tersebut.
Namun, keesokan harinya, Senin pagi, suasana berubah menjadi penuh semangat. Warga setempat bersama relawan dari Dewan Pengurus Cabang (DPC) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kecamatan Pondok Aren bergerak cepat melakukan gotong royong. Mereka membersihkan rumah-rumah yang terdampak, mengangkat kotoran, dan merapikan lingkungan yang penuh lumpur.
Di antara para relawan yang terlihat aktif, ada seorang pria mengenakan kaos relawan PKS berwarna oranye, celana hitam, sepatu boot, dan topi kodok hitam. Ia hadir bersama relawan lainnya sebagai bentuk kepedulian dan solidaritas terhadap warga yang tengah menghadapi musibah. Pria tersebut adalah M. Yusuf, Wakil Ketua DPRD Kota Tangerang Selatan.
Meski hari itu adalah hari libur, Yusuf memilih untuk turun langsung membantu warga yang terdampak banjir. Dengan tekad yang kuat, ia menggenggam jet cleaner, alat penyemprot air, dan bergerak masuk ke rumah-rumah warga yang masih dipenuhi kotoran serta genangan air. Ia ikut menguras, membersihkan, dan mengangkat perabotan basah bersama relawan lainnya.
“Ini bukan soal libur atau hari kerja, ini soal tanggung jawab moral. Warga butuh bantuan, dan saya merasa harus ada di tengah mereka,” ujar Yusuf sambil mengelap keringat yang menetes di wajahnya.
Aksi bersih-bersih ini dilakukan sejak pagi hari bersama pengurus PKS Kelurahan Jurang Mangu Barat dan tim tanggap banjir DPC PKS Pondok Aren. Tidak hanya membersihkan rumah, para relawan juga mendirikan dapur umum untuk menyediakan sarapan bagi warga yang belum bisa memasak karena peralatan rumah tangga mereka masih rusak akibat banjir.
“Kami ingin memastikan warga bisa sarapan pagi. Semoga ini bisa sedikit meringankan beban mereka,” tambah Yusuf.
Di tengah sisa lumpur dan udara lembap, suasana pagi itu terasa hangat, bukan karena mentari yang terik, tetapi karena kepedulian yang hadir langsung di tengah warga. Ini adalah bukti nyata bahwa solidaritas dan gotong royong tidak mengenal hari libur. (c)
Tinggalkan Balasan