SuaraParlemen.co, Jakarta – Presiden Suriah Ahmed Al Sharaa menyerukan persatuan dan perdamaian nasional pada Minggu (9/3), setelah kekerasan terburuk dalam 13 tahun terakhir melanda pesisir negara itu. Bentrokan yang terjadi sejak penggulingan Bashar Al Assad telah menewaskan lebih dari 1.000 orang, termasuk ratusan warga sipil.

“Kita harus menjaga persatuan nasional dan perdamaian sipil sebisa mungkin. Insya Allah, kita akan dapat hidup bersama di negara ini,” ujar Sharaa dari sebuah masjid di Damaskus, seperti dikutip AFP.

Ribuan Korban Jiwa dalam Dua Hari

Syrian Observatory for Human Rights mencatat bahwa dalam bentrokan selama dua hari terakhir di wilayah pesisir Suriah, sebanyak 745 warga sipil, 125 anggota pasukan keamanan Suriah, dan 148 anggota kelompok pendukung Bashar Al Assad dari etnis Alawite tewas.

Direktur observatorium, Rami Abdulrahman, menyatakan bahwa kekerasan yang terjadi di Jableh, Baniyas, dan wilayah sekitarnya merupakan yang paling mematikan sejak konflik sipil Suriah pecah 13 tahun lalu. Di antara korban tewas terdapat perempuan dan anak-anak, menambah keprihatinan dunia internasional.

Operasi Militer di Tartus

Kementerian Dalam Negeri Suriah mengumumkan bahwa pasukan pemerintah sedang melakukan operasi penyisiran di Qadmous dan desa-desa sekitarnya di provinsi Tartus untuk menumpas sisa-sisa loyalis rezim Assad.

Sementara itu, kantor berita Suriah, SANA, mengutip sumber Kementerian Pertahanan yang menyebut bentrokan masih berlangsung di Tanita, sebuah desa di Tartus. Seorang fotografer AFP di kota Latakia melaporkan bahwa konvoi militer telah memasuki lingkungan Bisnada untuk menggeledah rumah-rumah.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Suriah, Hassan Abdul Ghani, pada Sabtu (8/3) menyatakan bahwa pasukan keamanan telah berhasil “memaksakan kembali kendali” atas beberapa daerah yang sebelumnya dikuasai loyalis Assad.

Baca juga :  Kekhawatiran TB Hasanuddin: Dampak Perwira TNI Masuk ke Jabatan Sipil

Sekolah Ditutup dan Listrik Padam

Sebagai dampak dari konflik yang semakin memburuk, Menteri Pendidikan Suriah, Nazir Al Qadri, mengumumkan bahwa sekolah-sekolah di Latakia dan Tartus akan tetap ditutup pada Minggu (9/3) dan Senin (10/3). Selain itu, jaringan listrik di provinsi Latakia mengalami pemadaman total akibat serangan terhadap infrastruktur oleh loyalis Assad.

Kementerian Pertahanan juga mengonfirmasi bahwa pasukan telah memblokir akses ke pantai guna mencegah pelanggaran keamanan lebih lanjut. Namun, mereka tidak menyebutkan pihak mana yang dianggap bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Peringatan dari Pemerintah

Direktur Keamanan Provinsi Latakia, Mustafa Kneifati, menegaskan bahwa pemerintah tidak akan mentoleransi upaya adu domba atau ancaman terhadap kesatuan rakyat Suriah.

“Kami tidak akan membiarkan adanya hasutan atau penargetan terhadap komponen mana pun dari rakyat Suriah,” tegasnya kepada kantor berita SANA.

Dengan situasi yang terus bergejolak, seruan Presiden Ahmed Al Sharaa untuk menjaga persatuan dan perdamaian nasional menjadi semakin mendesak. Dunia kini menanti langkah-langkah pemerintah Suriah dalam menanggulangi eskalasi kekerasan dan mengembalikan stabilitas di negara tersebut. (Amelia)