SuaraParlemen.co, Takengon – Dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Takengon yang ke-448, pemerintah daerah bekerja sama dengan Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (PORDASI) Cabang Aceh Tengah menggelar pacuan kuda tradisional. Acara ini berlangsung di Gelanggang HM. Hasan Gayo, Blang Bebangka, Kecamatan Pegasing, Kabupaten Aceh Tengah.
Gelaran pacuan kuda ini tidak hanya menjadi ajang olahraga dan hiburan bagi masyarakat, tetapi juga membawa dampak ekonomi yang positif. Ribuan pengunjung dari berbagai daerah memadati lokasi acara, memberikan peluang emas bagi para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk meningkatkan omzet mereka. Berbagai jenis dagangan dijajakan, mulai dari kuliner khas Aceh hingga kerajinan tangan, menambah semarak suasana perayaan.
Tradisi pacuan kuda di Takengon sendiri telah menjadi agenda tahunan yang diselenggarakan dua kali dalam setahun. Selain dalam rangka HUT Kota Takengon, ajang ini juga digelar pada peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia. Selain sebagai hiburan masyarakat, kegiatan ini juga berkontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Aceh Tengah yang terkenal dengan udara sejuknya.
Dalam kesempatan ini, tampak hadir Wakil Pimpinan DPRK Aceh Tengah, Susilawati, S.Pd (PKS), bersama dengan Ir. T. Mirzuan, MT, yang sebelumnya menjabat sebagai Pj Bupati Aceh Tengah. Kehadiran mereka menunjukkan dukungan penuh terhadap pelestarian budaya dan olahraga tradisional yang telah menjadi bagian dari identitas masyarakat setempat.
“Pacuan kuda telah dibuka sejak 18 Februari dan akan ditutup pada hari Minggu, 23 Februari 2025. Selamat menyaksikan pacuan kuda untuk semua yang hadir. Acara ini tidak dipungut biaya tiket masuk. Silakan gunakan fasilitas yang sudah disediakan, termasuk tribun penonton yang juga gratis,” ujar Susilawati.
Pacuan kuda tradisional di Takengon tidak hanya menjadi ajang kompetisi olahraga, tetapi juga bagian dari warisan budaya yang terus dijaga dan dilestarikan. Antusiasme masyarakat yang tinggi terhadap acara ini menunjukkan bahwa tradisi tersebut masih memiliki tempat istimewa di hati warga Aceh Tengah dan sekitarnya. (Kjp)
Tinggalkan Balasan