SuaraParlemen.co, Aceh Tengah, 08 Mei 2025 – Menurut Iman Ahmadi, S.Pd Mantan Fasilitator Masyarakat Kabupaten Aceh Tengah – TF ECCE, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pondasi utama dalam membentuk karakter dan kecerdasan generasi masa depan. Di tengah arus perubahan global dan tantangan zaman, perhatian terhadap masa golden age atau usia emas anak menjadi hal yang sangat krusial.
Menurut Iman Ahmadi, usia 0–8 tahun adalah periode emas di mana perkembangan otak anak berlangsung sangat pesat, membentuk hingga 100 miliar neuron. Jika fase ini tidak dimanfaatkan dengan optimal, potensi anak dapat terhambat secara signifikan.
“Masa ini sangat menentukan arah kehidupan anak ke depan. Stimulasi positif akan memperkuat koneksi otak, sementara tekanan atau minimnya dukungan emosional justru bisa merusak jaringan neuron yang sedang berkembang,” jelas Iman.
Peran Guru dan Orang Tua Harus Sejalan
Iman menegaskan bahwa keberhasilan pendidikan anak usia dini tidak bisa dilepaskan dari peran sinergis antara guru dan orang tua. Keduanya harus menciptakan suasana belajar yang aman, hangat, dan penuh kasih.
“Guru harus mengajar dengan hati, bukan sekadar kurikulum. Orang tua pun perlu menjadi teladan dan menciptakan lingkungan rumah yang mendukung tumbuh kembang anak,” ujar Iman.
Ia juga menyoroti pentingnya pola pengasuhan yang melibatkan peran aktif ayah dan ibu secara seimbang. Anak membutuhkan kehadiran dua figur ini untuk tumbuh secara utuh, baik secara emosional maupun karakter.
Tantangan Pendidikan PAUD di Indonesia
Meski penting, perhatian pemerintah terhadap PAUD masih minim. Iman menilai kebijakan pendidikan nasional belum optimal dalam mendukung lembaga PAUD, khususnya Raudhatul Athfal (RA) yang berbasis nilai-nilai keagamaan.
“Hingga kini, belum ada satu pun RA negeri di Indonesia, padahal banyak orang tua lebih memilih RA karena pendekatan spiritual dan moral yang lebih kuat,” ungkapnya.
Selain itu, rendahnya jumlah guru laki-laki di PAUD menjadi tantangan tersendiri. Ketidakhadiran figur maskulin di lingkungan PAUD dapat menyebabkan anak kehilangan keseimbangan dalam pola asuh dan identitas gender sejak dini.
Harapan untuk Masa Depan
Sebagai penutup, Iman mengajak semua pihak — pemerintah, akademisi, dan masyarakat luas — untuk bersama-sama membangun sistem pendidikan anak usia dini yang lebih baik dan inklusif.
“Pendidikan anak usia dini bukan hanya tentang membina anak, tetapi tentang menanamkan akar bagi masa depan bangsa. Mari kita pastikan setiap anak mendapatkan fondasi yang kokoh untuk menjadi generasi unggul dan berkarakter di masa depan,” tutupnya..
Tinggalkan Balasan