SuaraParlemen.co, Jakarta – Ketegangan antara India dan Pakistan kembali meningkat menyusul insiden baku tembak terbaru di sepanjang Garis Kontrol (Line of Control/LoC) di wilayah Kashmir yang masih menjadi sengketa kedua negara.

Kontak senjata ini terjadi hanya beberapa hari setelah serangan berdarah di Pahalgam, wilayah Kashmir yang dikuasai India, menewaskan 26 warga sipil. Insiden itu memicu kemarahan nasional di India dan meningkatkan kekhawatiran internasional akan potensi eskalasi antara dua negara bersenjata nuklir tersebut.

Pejabat pemerintah Pakistan di Kashmir, Syed Ashfaq Gilani, mengonfirmasi bahwa terjadi pertukaran tembakan antara pasukan kedua negara pada Kamis malam (24/4).

“Tidak ada penembakan terhadap populasi sipil,” ujarnya kepada kantor berita AFP, seraya menegaskan bahwa bentrokan terbatas terjadi di zona militer.

Militer India pun membenarkan insiden itu. Mereka menyebut tembakan senjata ringan dimulai oleh pihak Pakistan dan mendapat respons “efektif” dari pasukan India.

Tiga pejabat militer India mengatakan kepada Reuters bahwa meski tidak ada korban jiwa, tembakan dari arah Pakistan menyasar posisi militer India.

Seperti banyak insiden sebelumnya di perbatasan Kashmir, kedua negara kembali saling menyalahkan atas pelanggaran gencatan senjata.

Dampak Serangan Pahalgam dan Respons India

Serangan di Pahalgam pada Selasa lalu menjadi serangan paling mematikan terhadap warga sipil dalam lebih dari dua dekade terakhir. Tragedi ini mengguncang klaim pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi bahwa situasi di Kashmir telah stabil.

Sebagai respons, India melancarkan operasi pencarian besar-besaran, termasuk penggunaan drone pengintai, pengerahan pasukan tambahan, dan penghancuran rumah milik tersangka militan. Salah satu rumah yang dihancurkan disebut sebagai milik pelaku serangan.

India juga menggelar latihan militer berskala besar bertajuk “Gagan Shakti”, yang menampilkan jet tempur Rafale, manuver angkatan laut, dan uji coba rudal darat-ke-udara. Analis menilai ini sebagai sinyal kuat bahwa India mempertimbangkan respons militer lanjutan.

Baca juga :  Penertiban Tambang Ilegal, Susilawati S.Pd: Legalkan Tambang Rakyat untuk Kesejahteraan Masyarakat

Kepala Angkatan Darat India, Jenderal Upendra Dwivedi, dijadwalkan memimpin evaluasi keamanan tingkat tinggi di Srinagar, ibukota wilayah Kashmir India. Kunjungan ini menandai meningkatnya intensitas diplomatik dan militer dari pihak India.

Dalam pidatonya pascaserangan, Modi menyampaikan pesan tegas:

“Saya katakan kepada seluruh dunia: India akan mengidentifikasi, mengejar, dan menghukum setiap teroris dan pendukung mereka. Kami akan memburu mereka sampai ke ujung dunia.”

Arah Diplomatik: Saling Balas Tindakan

India menuduh dua dari tiga pelaku serangan berasal dari Pakistan, dan mengaitkan kelompok pelaku — The Resistance Front — dengan organisasi teroris Lashkar-e-Taiba yang berbasis di Pakistan.

Sebagai langkah diplomatik, India:

  • Menangguhkan perjanjian pembagian air,
  • Menutup perbatasan darat utama dengan Pakistan,
  • Menurunkan hubungan diplomatik,
  • Mencabut visa warga Pakistan,
  • Dan menawarkan hadiah sebesar 2 juta rupee untuk informasi mengenai para pelaku.

Sebagai balasan, Pakistan juga melakukan tindakan serupa:

  • Mengusir diplomat dan penasihat militer India,
  • Menangguhkan penerbitan visa bagi warga India (kecuali jemaah Sikh),
  • Menutup perbatasan dari sisi Pakistan,
  • Dan memperingatkan bahwa upaya India memblokir aliran Sungai Indus akan dianggap sebagai “tindakan perang.”

Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif, bahkan menggelar rapat Dewan Keamanan Nasional yang jarang terjadi bersama para petinggi militer untuk merespons situasi ini. Dalam pernyataannya, Pakistan menyebut tuduhan keterlibatan dalam serangan Pahalgam sebagai “tidak berdasar” dan memperingatkan:

“Setiap ancaman terhadap kedaulatan Pakistan akan dibalas dengan tegas dalam semua aspek.”

Imbauan Dunia Internasional

Di tengah eskalasi yang mengkhawatirkan, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan kepada kedua negara untuk menahan diri.

“Kami sangat menyerukan kepada kedua pemerintahan untuk menahan diri semaksimal mungkin, dan memastikan bahwa situasi tidak memburuk lebih lanjut,” ujar juru bicara PBB, Stephane Dujarric.
“Setiap isu antara Pakistan dan India, kami percaya, dapat dan seharusnya diselesaikan secara damai melalui keterlibatan bersama yang bermakna.” (Amelia)

Baca juga :  Anggota DPRK Aceh Tengah Gelar Rapat Bahas Tuntutan Tenaga Honorer