SuaraParlemen.co, Surabaya – Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Surabaya menggelar hearing dengan Paguyuban Budaya Bumi Laras Manunggal pada Kamis (20/11) untuk menjaring masukan terkait penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Kepahlawanan dan Kebudayaan Kota Surabaya.

Dalam pertemuan tersebut, kekhawatiran mengenai pudarnya pengetahuan budaya lokal di kalangan generasi muda menjadi isu utama yang disoroti.

Generasi Z Lebih Kenal Blackpink Daripada Ludruk

Ketua Paguyuban Budaya Bumi Laras Manunggal, Adam Suwito, S.H., M.H., atau akrab disapa Cak Adam, menekankan pentingnya Raperda Kebudayaan disusun agar generasi Z memahami jenis-jenis budaya yang ada, khususnya budaya Surabaya dan Jawa Timur pada umumnya.

Cak Adam mengungkapkan hasil survei kecil-kecilannya yang mencengangkan. “Saya pernah melakukan survei kecil-kecilan kepada beberapa anak muda, saya tanya kepada mereka apakah mereka tahu apa itu ludruk? Kemudian mereka jawab tidak tahu. Lalu saya tanya lagi, kalau Tari Remo, tahu tidak? Ternyata sama, mereka juga tidak tahu. Tapi kalau ditanya Blackpink, mereka langsung tahu,” jelasnya.

Kondisi ini menjadi kekhawatiran besar bagi para pegiat budaya. “Anak-anak muda zaman sekarang banyak yang lebih mengenal Blackpink daripada ludruk, campursari, ataupun yang lain. Ini yang menjadi kekhawatiran kami. Dalam 5 tahun ke depan bisa jadi generasi-generasi muda yang akan datang, sudah sama sekali tidak tahu apa saja budaya yang ada di Kota Surabaya,” imbuh Cak Adam.

Usulan Edukasi dan Festival Budaya Rutin

Untuk mengatasi masalah tersebut, Paguyuban Budaya Bumi Laras Manunggal berharap Raperda Kebudayaan dapat mewajibkan Pemerintah Kota (Pemkot) mengadakan sosialisasi dan edukasi secara masif kepada masyarakat, terutama generasi muda.

Cak Adam mengusulkan agar sosialisasi dilakukan dalam bentuk perlombaan dan festival budaya yang diadakan secara rutin. “Perlombaan-perlombaan dan juga festival-festival budaya perlu diadakan secara rutin, bukan hanya sekadar acara seremonial dalam event tertentu saja. Ini agar generasi-generasi muda bisa jauh lebih mengenal budaya-budaya yang ada di Kota Surabaya,” harapnya.

Baca juga :  PAHAM Indonesia Cabang Surabaya 𝗦𝗼𝗿𝗼𝘁𝗶 𝗙𝗲𝗻𝗼𝗺𝗲𝗻𝗮 𝗕𝗲𝗻𝗱𝗲𝗿𝗮 𝗢𝗻𝗲 𝗣𝗶𝗲𝗰𝗲 𝘀𝗲𝗯𝗮𝗴𝗮𝗶 𝗘𝗸𝘀𝗽𝗿𝗲𝘀𝗶 Kemerdekaan

DPRD Soroti Kurikulum Pendidikan Budaya

Menanggapi masukan tersebut, Anggota DPRD Kota Surabaya dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Johari Mustawan, menyampaikan apresiasinya. Ia menegaskan bahwa kekhawatiran para pegiat budaya ini harus menjadi peringatan keras bagi semua pihak agar budaya Kota Surabaya tidak sampai hilang.

Johari menyoroti masalah regenerasi dan kurikulum pendidikan budaya. Menurutnya, kebudayaan perlu dikenalkan sejak dini, bahkan sejak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), agar semangat budaya tidak luntur di tengah derasnya arus globalisasi.”Ini perlu ditindaklanjuti segera oleh Dinas Pendidikan terkait adanya kurikulum budaya di kalangan anak-anak sekolah untuk mengenal budaya Kota Surabaya,” ujar Anggota Dewan yang akrab disapa Bang Jo ini.

Selain itu, Bang Jo juga mendesak Pemkot untuk memfasilitasi seluruh paguyuban budaya secara adil dan berimbang, tidak hanya paguyuban tertentu saja. Ia mencontohkan kegiatan budaya di Dapil 5 Surabaya, seperti bersih desa atau sedekah bumi yang biasanya menampilkan ludruk.”Kegiatan-kegiatan ini perlu mendapat perhatian dan bisa difasilitasi oleh Pemerintah Kota, agar budaya di Kota Surabaya tidak meredup dan menghilang,” tutup Bang Jo.