SuaraParlemen.co, Jakarta – Pemerintah Amerika Serikat (AS) mendesak India dan Pakistan untuk menahan diri dan menghindari eskalasi konflik pasca serangan mematikan terhadap turis di wilayah Kashmir, yang masih menjadi sengketa kedua negara bertetangga tersebut.
Wakil Presiden AS, JD Vance, pada Kamis (1/5/2025) menyampaikan bahwa Washington berharap Pakistan akan bekerja sama dalam memburu kelompok militan yang diyakini berada di wilayah yang dikuasai Pakistan dan bertanggung jawab atas serangan tersebut.
“Harapan kami adalah India menanggapi serangan teroris ini dengan cara yang tidak memperluas konflik regional,” kata Vance dalam wawancara, dikutip Jumat (2/5/2025).
“Kami juga berharap, sejauh Pakistan memiliki tanggung jawab, mereka akan bekerja sama dengan India untuk memburu dan menindak para teroris yang kerap beroperasi dari wilayah mereka,” tambahnya.
Pernyataan Vance senada dengan komentar Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, yang sebelumnya telah berbicara langsung dengan pejabat tinggi dari India dan Pakistan guna meredam ketegangan.
Dalam pernyataan resmi Departemen Luar Negeri AS, Rubio menyampaikan belasungkawa kepada Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar, atas korban tewas dalam serangan teroris yang terjadi di Pahalgam, Kashmir, pada 22 April lalu. Rubio juga menegaskan kembali komitmen AS untuk mendukung India dalam memerangi terorisme.
Sementara dalam komunikasi dengan Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif, Rubio menekankan pentingnya mengutuk serangan tersebut dan mendesak kerja sama penuh dari otoritas Pakistan dalam proses penyelidikan.
“Kedua pemimpin menegaskan komitmen mereka untuk menuntut pertanggungjawaban para pelaku kekerasan keji ini,” demikian pernyataan dari Departemen Luar Negeri AS.
Situasi Memanas, Ancaman Konflik Meningkat
Ketegangan antara India dan Pakistan kian memuncak. Awal pekan ini, Menteri Informasi Pakistan, Attaullah Tarar, mengklaim bahwa India tengah merencanakan aksi militer terhadap Pakistan dalam 24 hingga 36 jam, berdasarkan informasi intelijen yang disebut kredibel.
Ketegangan dipicu oleh serangan brutal pada 22 April lalu, ketika sekelompok militan menewaskan 26 warga sipil—kebanyakan adalah wisatawan—di kota pegunungan Pahalgam, Kashmir yang dikelola India. Sejak kejadian itu, kedua negara saling balas tindakan.
India menutup wilayah udaranya bagi penerbangan komersial dari Pakistan pada Selasa, sebagai respons terhadap langkah serupa yang telah lebih dulu diambil Islamabad. Ketegangan semakin diperburuk dengan pembatalan visa bagi warga Pakistan oleh New Delhi serta penangguhan perjanjian pembagian air penting.
Kedua negara bahkan memamerkan kekuatan militer mereka pekan ini.
Pakistan dilaporkan menembak jatuh sebuah drone India di wilayah Kashmir yang disengketakan, yang dituding digunakan untuk spionase. Sementara itu, Angkatan Laut India melakukan uji coba serangan rudal jarak jauh untuk menunjukkan kesiapan tempur mereka.
Bentrok juga terus terjadi di sepanjang Garis Kontrol—perbatasan de facto antara India dan Pakistan di Kashmir—dengan baku tembak yang berlangsung selama tujuh malam berturut-turut. (Amelia)
Tinggalkan Balasan