SuaraParlemen.co, Aceh Tengah, 11 Juni 2025 — Anggota Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Tengah, Syukri, menyoroti kondisi terkini Gedung Olah Seni (GOS) yang dinilainya sudah jauh menyimpang dari tujuan awal pembangunannya. Dalam wawancara eksklusif bersama SuaraParlemen.co baru-baru ini, Syukri menyampaikan keprihatinannya terhadap minimnya pemanfaatan gedung tersebut sebagai pusat seni dan budaya.

Menurut Syukri, GOS yang terletak di jantung Kota Takengon semula dirancang sebagai pusat kegiatan seni dan budaya, khususnya budaya Gayo yang merupakan identitas khas masyarakat Aceh Tengah. Namun, realitas saat ini menunjukkan bahwa fungsi utama itu nyaris tak terlihat lagi.

“Pada saat ini, tidak sesuai lagi dengan tujuan dibangunnya GOS di Aceh Tengah. Sebenarnya, tujuan pembangunannya adalah sebagai pusat aktivitas seni dan budaya Gayo,” ujar Syukri.

Ia menilai, ketidakseriusan dalam mengelola dan melestarikan fungsi GOS sebagai ruang budaya telah berdampak pada merosotnya eksistensi kesenian lokal, seperti didong, tari guel, dan ekspresi seni Gayo lainnya. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya revitalisasi GOS agar mampu menjawab tantangan zaman sekaligus menjadi rumah bagi pelestarian budaya.

“Ke depan, perlu pengembangan fungsi GOS dengan baik, seperti pembangunan ruang pertunjukan yang sesuai perkembangan zaman, ruang diskusi seni dan budaya, hingga area pameran seni. Sehingga pelestarian seni tradisional seperti didong dan tari guel tidak hilang ditelan zaman,” tambahnya.

Lebih lanjut, Syukri mengajak Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah, khususnya Bupati, untuk mengambil langkah nyata dalam menata ulang fungsi GOS. Ia menyarankan dilakukan renovasi fisik maupun penguatan program agar keberadaan GOS kembali selaras dengan visi awalnya.

“Saya berharap kepada Bupati Aceh Tengah agar ke depan GOS tersebut dapat direnovasi serta digunakan sesuai dengan tujuan pembangunannya,” pungkasnya.

Baca juga :  Syukri, Ketua Fraksi PKS DPRK Aceh Tengah Jadi Pembina Upacara di SMA Negeri 8 Takengon

Diketahui, GOS Aceh Tengah selama ini menjadi salah satu fasilitas publik yang secara khusus dibangun untuk mendukung kegiatan seni dan budaya. Namun dalam beberapa tahun terakhir, gedung ini lebih sering difungsikan untuk kegiatan umum yang tidak berkaitan langsung dengan dunia seni — bahkan dalam banyak kesempatan terlihat kosong dan kurang dimanfaatkan.

Pernyataan Syukri ini menjadi alarm penting di tengah kekhawatiran masyarakat akan lunturnya warisan budaya lokal di era modernisasi. Ia berharap, keterlibatan aktif berbagai pihak — mulai dari pemerintah, pelaku seni, hingga komunitas budaya — dapat mendorong GOS kembali menjadi pusat kehidupan budaya yang semarak, sebagaimana dicita-citakan sejak awal pembangunannya. (Kjp)