SuaraParlemen.co, Jakarta, 04 Maret 2025 – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menunjukkan ketidaksukaannya terhadap Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Hal ini terlihat dari pertengkaran verbal keduanya di Ruang Oval, Gedung Putih, pekan lalu.

Awalnya, pertemuan berlangsung cukup baik selama 23 menit pertama. Keduanya tampak berbicara secara sopan, meskipun suasana terasa kaku. Namun, situasi mulai memanas setelah 39 menit. Bahkan, muncul kesan bahwa Trump lebih menyukai Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Menurut laporan khusus New York Times, Trump tampak kesal dengan kata-kata kasar Zelensky terhadap Putin. Trump, yang selama ini tidak pernah mengatakan hal buruk tentang penguasa Kremlin tersebut, terlihat tersinggung dan memarahi Zelensky karena bersikap bermusuhan terhadap orang yang telah menginvasi negaranya.

“Dia membenci kita,” kata Zelensky kepada Trump, mencoba menjelaskan bahwa Putin adalah agresor, bukan korban. “Ini bukan tentang saya. Dia membenci orang Ukraina. Dia pikir kita bukan sebuah negara.”

Zelensky juga membantah pernyataan Trump yang sebelumnya menyebut bahwa Ukraina memulai perang. “Putin memulai perang ini,” tegasnya.

Namun, Trump tidak setuju dan mulai menegur Zelensky. “Sangat menyenangkan berbicara buruk tentang orang lain,” katanya dengan nada mencemooh. “Tetapi saya ingin masalah ini segera diselesaikan.”

Trump juga menegaskan bahwa menurutnya Zelensky-lah yang bersalah dalam konflik ini. “Itulah sebabnya Anda berada dalam situasi ini,” ujarnya.

Mengapa Trump Lebih Suka Putin Dibanding Zelensky?

Menurut Carnegie Politika, Putin pintar dalam mengambil hati Trump. Hal ini terlihat saat pembebasan Marc Fogel, seorang warga negara AS yang ditahan di Rusia atas tuduhan narkoba pekan lalu. Putin memanfaatkan keinginan Trump untuk terlihat sukses dan tegas, dengan memberikan kesan bahwa ia mampu membebaskan Fogel dengan cepat.

Baca juga :  Pernyataan Sikap Pusat Advokasi Hukum dan HAM Indonesia Cabang Surabaya Terkait Dugaan Kekerasan terhadap Advokat

Putin juga menawarkan kemenangan kepada Trump dengan menjanjikan perdamaian di Ukraina. “Ia memulai perang dan akan menghentikannya jika kondisi tertentu terpenuhi dan kata-kata yang tepat diucapkan,” tulis analisis lembaga itu.

Sejak lama, Putin telah mengusulkan agar Rusia dan Amerika Serikat bekerja sama dalam berbagai isu global, termasuk perang melawan terorisme, pandemi COVID-19, dan pemanasan global. Ia percaya bahwa hubungan dekat antara kedua negara dapat melampaui hambatan politik dan ideologis, seperti yang pernah terjadi antara Stalin dan Roosevelt pada era 1940-an.

Zelensky, di sisi lain, justru melakukan kesalahan fatal dengan terlibat dalam debat di depan kamera dengan Trump dan wakilnya, JD Vance, di Gedung Putih. Menurut Politico, tindakan itu dianggap mempermalukan Trump dan memicu kemarahannya.

Kebencian Pribadi Trump terhadap Zelensky Sejak 2019

Indian Express menyebut bahwa Trump telah lama memendam ketidaksukaan terhadap Zelensky. “Trump membenci Ukraina. Dia dan orang-orang di sekitarnya percaya bahwa Ukraina adalah penyebab semua masalah Trump,” ujar Lev Parnas, seorang pengusaha Ukraina-Amerika yang pernah bekerja dengan pengacara Trump, Rudy Giuliani.

“Dia membenci Zelensky dengan penuh semangat, dan Zelensky mengetahuinya,” tambahnya.

Hubungan buruk Trump dan Zelensky berawal dari tahun 2019, ketika Zelensky menolak melakukan sesuatu yang diinginkan Trump. Saat itu, Trump meminta Zelensky untuk menyelidiki dugaan campur tangan Ukraina dalam pemilu AS 2016 serta investigasi terhadap Hunter Biden, putra Joe Biden, terkait bisnis energi di Ukraina.

Trump bahkan mengaitkan bantuan militer senilai hampir USD 400 juta kepada Ukraina dengan permintaan ini. Namun, skandal ini justru berujung pada pemakzulan Trump di Kongres AS.

Ketegangan antara keduanya terus berlanjut, dan tampaknya tidak akan mereda dalam waktu dekat. (Amelia)

Baca juga :  Hasto Kristiyanto Resmi Ditahan KPK dalam Kasus Suap PAW DPR